Kristus Landasan Kasih
1 Yohanes 4 : 10
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita
Banyak orang berpikir bahwa dirinya dapat mengasihi TUHAN dengan mudah secara instan, tanpa proses panjang. Mereka menganggap cukup dengan mengaku percaya kepada Kristus lalu rajin ke Gereja berarti mereka sudah mengasihi TUHAN. Padahal untuk bisa mengasihi Tuhan, seseorang harus mengalami proses.Mengasihi orang yang baik kepada kita memang mudah, tetapi kita harus belajar juga mengasihi mereka yang sulit kita kasihi, termasuk mereka yang selalu menyakiti hati kita, mereka yang tidak segolongan atau sesuku dengan kita, bahkan mereka yang bagi kita tidak layak untuk dikasihi. Marilah kita belajar untuk mengasihi sesama kita dengan tulus, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan yang nyata.
Kalau seseorang belum membiasakan diri melangkah dan melatih hal ini, sukar sekali bagi orang dapat mengasihi TUHAN dengan benar. Ini memang bukan sesuatu yang mudah. Sama seperti seseorang yang belum pernah mengendarai sepeda, main piano atau keahlian lain, harus belajar dulu untuk bisa melakukannya. Tetapi itu semua bisa dilakukan asal seseorang memiliki komitmen untuk memulai. Sebenarnya untuk menunjukkan rasa sayang kepada siapapun tidak harus menunggu hari, tanggal, minggu, bulan, dan tahun. Kita dapat mengungkapkan KASIH itu setiap saat, setiap waktu, sebab KASIH adalah undang-undang Kerajaan Allah. Siapapun yang percaya Yesus Kristus harus hidup di dalam kasih, barang siapa tidak hidup di dalam kasih itu berarti berada jauh di luar kehidupan Kristus sendiri.Orang percaya harus bertindak dengan LANDASAN KASIH, sebab tanpa kasih sudah dapat dipastikan bukan berasal dari Allah. Kasih itu sendiri tidak sekedar SLOGAN yang digembar-gemborkan, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau kita mengatakan kita merindukan Kerajaan Surga, sebenarnya fokus kerinduan kita bukan terletak pada Kerajaan itu sendiri, tetapi pada kerinduan kepada pribadi TUHAN yang mengasihi kita (Mzm. 73:25–26). TUHAN menghendaki agar orang percaya menjadi sekutu-NYA, dan benar-benar memiliki hubungan yang eksklusif dengan DIA seperti hubungan suami istri (Ef. 5:31–32).