Senin, 25 September 2023

RENUNGAN PARTANGIANGAN / EPISTEL Minggu XVII Setelah Trinitatis – 1 Oktober 2023,

Tekun Melakukan Kehendak Allah

Amsal 4: 20 - 27

 

a)      Mungkin kita pernah mendengar paham Relativisme; yang mengatakan tidak ada kebenaran yang mutlak benar. Semuanya serba relatif. Kebenaran menurut saya belum tentu juga kebenaran menurut orang lain. Sikap ini sangat diminati manusia zaman sekarang ini, terutama di zaman postmodern, karena manusi amemiliki ego untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Manusia di zaman ini memiliki semangat menjadi tuhan atau penentu bagi dirinya. Sehingga bila ada orang yang berbuat dosa, orang lain tidak boleh menilai orang tersebut telah berbuat dosa karena dia pasti memiliki alasan yang banra sehingga dia melakukannya. Karena itulah, orang yang menurut kebanyakan orang sudah berdosa atau melakukan kejahatan, seperti teroris, yang mematikan ribuan orang, atau koruptor yang sudah memakan ratusan miliar uang rakyat-masih mampu tertawa, mengacungkan tangan sebagai seorang pemenang atau jagoan. Dan ada juga orang yang mendukungnya. Karena ternyata mereka masih memenangi pemilihan umum. Itulah akibat paham relativisme. Itu membuat keadaan semakin kacau. Sistem nilai menjadi berubah. Dan paham itu sudah merasuki kehidupan beragama kita. Karena semakin banyak orang percaya bahwa semua agama sama, karena semua agama memiliki kebenaran. Dan oleh sebab itu mereka menganjurkan agar jangan mencari perbedaan dengan agama lain tetapi carilah hal yang sama dengan mereka.

b)      Itu membuat sistem nilai juga berubag dan bahkan semakin tak karuan. Batas antara yang jahat dengan yang baik sangat sulit dibedakan. Bahkan sudah jamak terjadi, kejahatan dipoles dan dibumbui dengan kebaikan. Setan maut sering datang bertopengkan malaikat penyelamat. Dia datang meminta tolong, lalu kita tolong; ternyata perampok. Tidak sedikit manusia memiliki ragam rupa dan menggunakan aneka topeng. Dihadapan publik mereka sepertri pembela hak rakyat, tetapi sebenarnya mereka terhisap darah rakyat, karena mereka korupsi, dan ketika rapat lebih banyak tidur ketimbang memberi kontribusi.

c)      Sistem nilai juga sudah sangat berubah. Model pakaian yang seharusnya menutupi aurat, sekarang justru dianggap kolot. Hormat kepada orangtua sekarang hanya sebatas orang yang dinekanlnya, bila tidak dikenal tidak perlu hormat. Bersikap ramah kepada orang baru sekarang dianggap ada maunya. Bila nilai ujiannya jelek, yang dipersalahkan adalah gurunya atau orang lain, bukan dirinya. Sama halnya dengan bernegara, maunya selalu menuntut kepada negara tanpa pernah bertanya, apa kotnribusi yang telah dia berikan dan masih banyak contoh lainnya.

d)     Pilihan menjadi semakin sulit. Karena perbedaan yang jahat dan yang baik semakin tipis. Yang memberi sumbangan banyak dianggap orang baik, walaupun yang diberikannya adalah hasil penebangan hutan secara liar atau hasil korupsi. Para selebriti menjadi tontonan dan bahkan diidolakan dan dijadikan panutan padahal kehidupan mereka sangat jauh dari kebenaran. Bahkan tidak sedikit yang membela para teroris dan dianggap mati syahid karena dianggap membela Allah mereka. Sementara orang yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat difitnah sebagai orang penista agama. Itu membuat semakin banyak orang yang bingung. Tidak sedikit yang salahpilih, dan terjerumus, kemudian menyesal karena ternyata isinya tidak sama dengan casingnya.

e)      Lalu apa yang harus kita perbuat ? Nas ini perlu kita teliti dan maknai untuk dilakukan, terutama bagi anak-anak kita. Daud, terus berusaha memberikan nasihat, tuntutan dan pengajaran kepada anaknya Salomo, agar Salomo tidak salah memilih jalan hidupnya. Apa yang harus diajarkan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita jaman sekarang ini ? Supaya merekahidup terus lurus, berjalan dijalan yang bnar menurut ketetapan Allah. Mengapa ? Karena jalan hidup orang benar sangat jauh berbeda dengan jalan hidup orang jahat.

f)       Dibuku Amsal ini didaftarkan nasib orang malang dan orang jahat, dan didaftarkan pula keuntungan besar orang benar:

1.      Pertama, siapakah orang benar dan apa keuntungan yang diperolehnya? Mereka adalah orang yang selalu takut akan Tuhan, yang berpedoman pada Firman dan perintah Allah, sehingga semua hidupnya hanya untuk memuliakan dan melakukan kehendak Allah. Merekalah orang yang berhikmat sehingga memiliki karakter unggul. Merekalah yang mau menerima terang Ajaib-Yaitu Yesus Kristus menjadi Juruselamat, andalan dan penuntun hidupnya sehingga mereka tau mana yang benar dan mana yang salah.

2.      Apakah yang akan dialami orang jahat ? Justru sebaliknya; merek akan disesatkan dosa,s ehingga tidak sadar bahwa mereka telah melakukan dosa, dan semakin lama, mereka semakin terjerumus ke dalam dosa itu, dan akan terus dibawah kendali dosa dan iblis. Dan di akhir zaman, mereka bangkit untuk dimasukkan ke nereka.

3.      Bagaimana agar bisa hidup di jalan orang benar?:

a.       Yang pertama; berpedoman kepada Firman Tuhan; membaca, merenungkan bahkan melakukan Firman Tuhan. Firman itu memberi kita sukacita, membuat kita mampu bersukacita dalam keadaan apapun, dan sukacita itulah obat ampuh.

b.      Yang Kedua; Menjaga hati (ay.23), karena di hati itulah diproduksi semua kemauan, kehendak, keinginan. Pabriknya ini harus dibuat baik, sehingga seluruh produksinya menjadi baik. Biarkanlah Roh Kudus yang mendiami dan menguasainya. Jagalah hati seperti menjaga harta yang paling berharga. Hidup kita baik atau jahat, akacau atau teratur, gembira atau sedih, semuanya ditentukan oleh kondisi hati kita.

c.       Yang ketiga: jaga mulut (ay.24). Ada pepatah mengatakan: mulutmu adalah harimaumu. Perangkat utamanya adalah lidah, yang oleh Yakobus diibaratkan seperti api yang bisa membakar apapun, membuat bangsa-bangsa berperang. Sekarang memang bukan lagi mulut, tetapi “jari” yang menyentuh keuboard handphone/gadget, menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian, provokasi dan sebagainya membuat keluarga, msayarakat, kelompok, organisasi dan bahkan negara kacau. Karena itulah sama dengan nas ini mengatakan : kendalikan mulut. Mulut juga akan menentukan sikap hidup kita. Karena apa yang dikatakan mulut sangat kuat mempengaruhi kondisi diri dan perbuatan kita.

d.      Yng keempat: jagalah mata (ay.25-27). Kita tau awalketahuna manusia dalam dosa melalui Hawa yang tergoda karena matanya. Hatinya sduah mengataan : “jangan, itu dilarang Tuhan. Mulutnya juga emikian. Tetapi matanya terus memandang sehingga hati dan mulutnya kalah (Kej.3:6). Hati hati dengan mata yang tak terkendali. Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan karena mata yang tak terkendali ( 2 Sam.11:2). Karena itu dikatakan :”Barlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.” Bahkan Tuhan Yesus pernah mengatakan di Matius 5: 29: “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah danbuangkah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka “

e.       Yang ke lima : Tempuhlah jalan yang rata (ay.26). Bahasa aslinya berarti : pertimbangkanlah. Artinya: dalam mengambil keputusan harus cermat, mempertimbangkan segala hal dari segi Firman Tuhan, dengan mengevaluasi yang sudah kita lalui. Harus memiliki informasi dan data yang cukup baik dan valid dan mempertimbangkan semua itu dengan cermat, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat, benar dan cepat. Itulah orang yang berhikmat seperti Salomo.

f.       Yang keenam: “berjalanlah lurus” (ay.27): “Oculum in metam”: Mata terarah ke tujuan. Kepada siapa ? memandang terus kepada Yesus (Ibrani 12: 2). Mata tidak lagi jelalatan, sehingga mata tidak membawa kita jatuh dalam godaaan setan, tetapi tetap terarah ke jalan benar di dalam Tuhan Yesus. Pasti perjalanan itu akan menjadi perjalanan yang rata, jauh dari kejahatan dan pasti membawa selamat.

4. Saudara yang terkasih ingatlah akan hal tersebut dan hidupilah. Sebagai orang percaya dan sebagai orangtua membekali anak-anaknya dengan budaya hidup seperti itu. Terutama para orangtua memiliki anak zaman sekarang. Seorang penulis bernama Jerry Adler pernah menuliskan di majallah Newsweek: “Menjadi seorang ayah adalah tugas yang sulit dan kompleks bagi generasi manapun”. Namun dalam satu generasi ni, tugas ini menjadi dua kali lipat lebih sulit”. Marilah kita Tekun melakukan kehendak Allah agar semakin berhikmat dan bijaksana mengayomi keluarga dan mengendalikan diri sendiri dalam kuasa Tuhan Yesus.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...