Tekun
Melakukan Kehendak Allah
Amsal
4: 20 - 27
a)
Mungkin kita
pernah mendengar paham Relativisme; yang mengatakan tidak ada kebenaran yang
mutlak benar. Semuanya serba relatif. Kebenaran menurut saya belum tentu juga
kebenaran menurut orang lain. Sikap ini sangat diminati manusia zaman sekarang
ini, terutama di zaman postmodern, karena manusi amemiliki ego untuk menentukan
mana yang benar dan mana yang salah. Manusia di zaman ini memiliki semangat
menjadi tuhan atau penentu bagi dirinya. Sehingga bila ada orang yang berbuat
dosa, orang lain tidak boleh menilai orang tersebut telah berbuat dosa karena
dia pasti memiliki alasan yang banra sehingga dia melakukannya. Karena itulah,
orang yang menurut kebanyakan orang sudah berdosa atau melakukan kejahatan,
seperti teroris, yang mematikan ribuan orang, atau koruptor yang sudah memakan
ratusan miliar uang rakyat-masih mampu tertawa, mengacungkan tangan sebagai
seorang pemenang atau jagoan. Dan ada juga orang yang mendukungnya. Karena
ternyata mereka masih memenangi pemilihan umum. Itulah akibat paham
relativisme. Itu membuat keadaan semakin kacau. Sistem nilai menjadi berubah.
Dan paham itu sudah merasuki kehidupan beragama kita. Karena semakin banyak
orang percaya bahwa semua agama sama, karena semua agama memiliki kebenaran.
Dan oleh sebab itu mereka menganjurkan agar jangan mencari perbedaan dengan
agama lain tetapi carilah hal yang sama dengan mereka.
b)
Itu membuat
sistem nilai juga berubag dan bahkan semakin tak karuan. Batas antara yang
jahat dengan yang baik sangat sulit dibedakan. Bahkan sudah jamak terjadi,
kejahatan dipoles dan dibumbui dengan kebaikan. Setan maut sering datang
bertopengkan malaikat penyelamat. Dia datang meminta tolong, lalu kita tolong; ternyata
perampok. Tidak sedikit manusia memiliki ragam rupa dan menggunakan aneka
topeng. Dihadapan publik mereka sepertri pembela hak rakyat, tetapi sebenarnya
mereka terhisap darah rakyat, karena mereka korupsi, dan ketika rapat lebih
banyak tidur ketimbang memberi kontribusi.
c)
Sistem nilai
juga sudah sangat berubah. Model pakaian yang seharusnya menutupi aurat,
sekarang justru dianggap kolot. Hormat kepada orangtua sekarang hanya sebatas
orang yang dinekanlnya, bila tidak dikenal tidak perlu hormat. Bersikap ramah
kepada orang baru sekarang dianggap ada maunya. Bila nilai ujiannya jelek, yang
dipersalahkan adalah gurunya atau orang lain, bukan dirinya. Sama halnya dengan
bernegara, maunya selalu menuntut kepada negara tanpa pernah bertanya, apa
kotnribusi yang telah dia berikan dan masih banyak contoh lainnya.
d)
Pilihan
menjadi semakin sulit. Karena perbedaan yang jahat dan yang baik semakin tipis.
Yang memberi sumbangan banyak dianggap orang baik, walaupun yang diberikannya
adalah hasil penebangan hutan secara liar atau hasil korupsi. Para selebriti
menjadi tontonan dan bahkan diidolakan dan dijadikan panutan padahal kehidupan
mereka sangat jauh dari kebenaran. Bahkan tidak sedikit yang membela para
teroris dan dianggap mati syahid karena dianggap membela Allah mereka.
Sementara orang yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat difitnah sebagai orang
penista agama. Itu membuat semakin banyak orang yang bingung. Tidak sedikit
yang salahpilih, dan terjerumus, kemudian menyesal karena ternyata isinya tidak
sama dengan casingnya.
e)
Lalu apa yang
harus kita perbuat ? Nas ini perlu kita teliti dan maknai untuk dilakukan,
terutama bagi anak-anak kita. Daud, terus berusaha memberikan nasihat, tuntutan
dan pengajaran kepada anaknya Salomo, agar Salomo tidak salah memilih jalan
hidupnya. Apa yang harus diajarkan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita jaman
sekarang ini ? Supaya merekahidup terus lurus, berjalan dijalan yang bnar
menurut ketetapan Allah. Mengapa ? Karena jalan hidup orang benar sangat jauh
berbeda dengan jalan hidup orang jahat.
f)
Dibuku Amsal
ini didaftarkan nasib orang malang dan orang jahat, dan didaftarkan pula
keuntungan besar orang benar:
1.
Pertama,
siapakah orang benar dan apa keuntungan yang diperolehnya? Mereka adalah orang
yang selalu takut akan Tuhan, yang berpedoman pada Firman dan perintah Allah,
sehingga semua hidupnya hanya untuk memuliakan dan melakukan kehendak Allah.
Merekalah orang yang berhikmat sehingga memiliki karakter unggul. Merekalah
yang mau menerima terang Ajaib-Yaitu Yesus Kristus menjadi Juruselamat, andalan
dan penuntun hidupnya sehingga mereka tau mana yang benar dan mana yang salah.
2.
Apakah yang
akan dialami orang jahat ? Justru sebaliknya; merek akan disesatkan dosa,s
ehingga tidak sadar bahwa mereka telah melakukan dosa, dan semakin lama, mereka
semakin terjerumus ke dalam dosa itu, dan akan terus dibawah kendali dosa dan
iblis. Dan di akhir zaman, mereka bangkit untuk dimasukkan ke nereka.
3.
Bagaimana
agar bisa hidup di jalan orang benar?:
a.
Yang pertama;
berpedoman kepada Firman Tuhan; membaca, merenungkan bahkan melakukan Firman
Tuhan. Firman itu memberi kita sukacita, membuat kita mampu bersukacita dalam
keadaan apapun, dan sukacita itulah obat ampuh.
b.
Yang Kedua; Menjaga
hati (ay.23), karena di hati itulah diproduksi semua kemauan, kehendak,
keinginan. Pabriknya ini harus dibuat baik, sehingga seluruh produksinya
menjadi baik. Biarkanlah Roh Kudus yang mendiami dan menguasainya. Jagalah hati
seperti menjaga harta yang paling berharga. Hidup kita baik atau jahat, akacau atau
teratur, gembira atau sedih, semuanya ditentukan oleh kondisi hati kita.
c.
Yang ketiga:
jaga mulut (ay.24). Ada pepatah mengatakan: mulutmu adalah harimaumu. Perangkat
utamanya adalah lidah, yang oleh Yakobus diibaratkan seperti api yang bisa
membakar apapun, membuat bangsa-bangsa berperang. Sekarang memang bukan lagi
mulut, tetapi “jari” yang menyentuh keuboard handphone/gadget, menyebarkan
berita bohong, ujaran kebencian, provokasi dan sebagainya membuat keluarga,
msayarakat, kelompok, organisasi dan bahkan negara kacau. Karena itulah sama
dengan nas ini mengatakan : kendalikan mulut. Mulut juga akan menentukan sikap
hidup kita. Karena apa yang dikatakan mulut sangat kuat mempengaruhi kondisi
diri dan perbuatan kita.
d.
Yng keempat:
jagalah mata (ay.25-27). Kita tau awalketahuna manusia dalam dosa melalui Hawa
yang tergoda karena matanya. Hatinya sduah mengataan : “jangan, itu dilarang
Tuhan. Mulutnya juga emikian. Tetapi matanya terus memandang sehingga hati dan
mulutnya kalah (Kej.3:6). Hati hati dengan mata yang tak terkendali. Daud jatuh
ke dalam dosa perzinahan karena mata yang tak terkendali ( 2 Sam.11:2). Karena
itu dikatakan :”Barlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap
ke muka.” Bahkan Tuhan Yesus pernah mengatakan di Matius 5: 29: “Maka jika
matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah danbuangkah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh
dicampakkan ke dalam neraka “
e.
Yang ke lima
: Tempuhlah jalan yang rata (ay.26). Bahasa aslinya berarti : pertimbangkanlah.
Artinya: dalam mengambil keputusan harus cermat, mempertimbangkan segala hal
dari segi Firman Tuhan, dengan mengevaluasi yang sudah kita lalui. Harus
memiliki informasi dan data yang cukup baik dan valid dan mempertimbangkan
semua itu dengan cermat, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat, benar
dan cepat. Itulah orang yang berhikmat seperti Salomo.
f.
Yang keenam: “berjalanlah
lurus” (ay.27): “Oculum in metam”:
Mata terarah ke tujuan. Kepada siapa ? memandang terus kepada Yesus (Ibrani 12:
2). Mata tidak lagi jelalatan, sehingga mata tidak membawa kita jatuh dalam
godaaan setan, tetapi tetap terarah ke jalan benar di dalam Tuhan Yesus. Pasti
perjalanan itu akan menjadi perjalanan yang rata, jauh dari kejahatan dan pasti
membawa selamat.
4. Saudara yang terkasih ingatlah akan hal tersebut dan hidupilah. Sebagai
orang percaya dan sebagai orangtua membekali anak-anaknya dengan budaya hidup
seperti itu. Terutama para orangtua memiliki anak zaman sekarang. Seorang
penulis bernama Jerry Adler pernah menuliskan di majallah Newsweek: “Menjadi
seorang ayah adalah tugas yang sulit dan kompleks bagi generasi manapun”. Namun
dalam satu generasi ni, tugas ini menjadi dua kali lipat lebih sulit”. Marilah
kita Tekun melakukan kehendak Allah agar semakin berhikmat dan bijaksana
mengayomi keluarga dan mengendalikan diri sendiri dalam kuasa Tuhan Yesus.