Jumat, 30 Desember 2022

Renungan Malam akhir tahun, 31 Desember 2022

BAGI DIALAH KEMULIAAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA

Ev. : Roma 11: 33-36                                      Ep.: 1 Rajaraja 8: 54-61

 

11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?

11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?

11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya

 

Rasul Paulus merasakan kekagumannnya atas cara Tuhan berkarya yang dia tuangkan dalam tulisannya kepada jemaat Roma. Allah sungguh berkuasa dan berdaulat untuk menyatakan kemurahan- Nya secara penuh kepada seluruh manusia. Paulus merasa takjub dengan kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah yang menghasilkan karya yang sangat luar biasa indahnya bagi umat manusia. Rancangan dan ketetapan Tuhan Allah begitu mulia dan agung; tidak mampu dipahami, diselidiki dan dijangkau manusia, sulit ditelusuri dan diikuti, sebab segala rancangan dan tindakan-Nya melampaui akal-pikiran manusia. Walaupun manusia selalu berusaha untuk menyelami pikiran Allah, namun tak ada seorang-pun yang dapat mengetahui apa sesungguhnya rencana Allah sebelum semuanya terjadi.

Maka disinilah kita diajak memuji Tuhan, menaikkan doxology kepada Tuhan. Kita menaikkan doksologi atau pujian kepada Allah karena kita mengerti siapa itu Allah kita dan memahami akan rencanaNya yang diwahyuhkan dalam Alkitab. Kita menaikkan doksologi karena kita punya teologi, karena kita mengerti firman Allah dan rencana-Nya dalam kehidupan kita adalah indah (Yer.29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.)

 Maka Allah kita adalah Allah yang sangat kaya, karena Dialah pemilik alam semesta ini, Sang Pemilik Kehidupan. Jika Allah kita adalah Allah yang berkuasa atas alam semesta, bagaimana mungkin orang dapat memegahkan diri bahwa ia sudah pernah memberikan sesuatu kepada Allah, sehingga Allah harus menggantikannya? Seringkali kita salah memahami Tuhan; kita “suka” menyogok Tuhan dengan persembahan kita, perpuluhan kita, dan lain sebagainya. Kita memberikan persembahan karena kita ingin Tuhan memberkati kita. Padahal andaikata kita tidak memberikan persembahan, apakah Tuhan akan berkekurangan? Tentu tidak, namun Allah sangat mengasihi kita sehingga ia membagikan prinsip Tuhan yaitu prinsip tabur tuai, sehingga ketika kita menabur di dalam Tuhan, maka kita akan menuai juga di dalam Tuhan. Ini adalah anugerah Tuhan yang diberikan khusus kepada kita, orang-orang percaya di dalam Tuhan dan tidak dimengerti oleh orang lain di luar Tuhan.

Masihkah kita memegahkan diri kita ketika Tuhan memberikan berkat kepada kita, atau ketika kita diberi kesempatan untuk melayani Tuhan? Kitab Suci memberikan kesimpulan yang luar biasa dalam ayat 36, yaitu “Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”. Ini adalah prinsip yang harus kita miliki dalam hidup kita. Tuhanlah prioritas kita, segala hal yang kita alami, baik atau buruk, kita harus gunakan untuk memuliakan nama Tuhan. Janganlah jauhkan hidup dan tujuan kita dari Tuhan.

 Bila Allah kita memiliki jalan pikiran yang jauh dari kita, jadi janganlah heran bila banyak pertanyaan yang ada di dalam benak kita. Misalnya pertanyaan mengapa masalah dan persoalan menimpa kita. Mengapa Allah yang baik mengizinkan ada masalah dan ketidakadilan. Kita manusia ciptaan Tuhan seringkali berusaha untuk mengerti pikiran Allah. Dan anehnya kita seringkali merasa lebih pintar dari Tuhan. Kita merasa bahwa kita lebih cerdas dari Dia. Betapa bodohnya manusia yang merasa seperti demikian!

 Pada sebuah pertandingan atau perlombaan olahraga, kita sering menyaksikan atlet yang berhasil maupun yang gagal memperoleh medali. Seringkali mereka yang menang dan memperoleh medali emas tampak begitu bahagia dan bangga atas prestasi yang mereka peroleh. Namun, yang lebih membanggakan, beberapa diantara mereka banyak yang terbuka menyatakan puji syukur dan apresiasi yang begitu indah kepada Tuhan di tengah arena publik. Mereka dapat melihat dan menyadari bahwa bakat dan pencapaian yang mereka raih adalah anugerah pemberian dari Tuhan. Tidak sedikit yang ketika diwawancara mencetuskan rasa syukur kepada Tuhan atas bakat yang mereka miliki dan atas keberhasilan yang mereka raih. Kita perlu belajar dari mereka bahwa dalam keberhasilan, mereka tidak lupa bahwa itu semua bukan karena diri mereka sendiri.

sadari bahwa bisa dipakai sebagai perabot emas Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar dan menyatakan kemuliaan-Nya, semua tidak lepas dari anugerah Tuhan. Jangan lepaskan perasaan kagum kita kepada Tuhan, bagaimana Tuhan membentuk dan memperlengkapi kita sejak kita lahir. Kita yang dahulu tidak berdaya, tidak sanggup, tidak mampu, sekarang telah dimampukan. Kita dimampukan melewati satu tahun 2022 ini entah dengan keberhasilan dan kegagalan, namun semuanya tidak lepas dari penyertaan Tuhan. Semua bukan karena kekuatan kita sendiri. Jangan sampai di tengah keberhasilan dan kesuksesan kita, kita merasa hebat dan punya segalanya. Kembalikanlah segala keberhasilan kita, kesuksesan kita, hanya untuk kemuliaan Tuhan hiangga kita akan melewati tahun 2022 ini menuju tahun yang baru tahun 2023. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...