Sabtu, 07 Agustus 2021

Jamita Minggu X Setelah Trinitatis – 8 Agustus 2021

“LAKUKANLAH KEADILAN”

 

EV. Yeremia 22 : 1 – 9                                     EP. Matus 23: 23 – 28

 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus

Perikop kita ini berisi tentang peringatan perjanjian yang hendak diingatkan kembali oleh Yeremia kepada raja Yehuda. Pada zaman nabi-nabi sistem pemerintahan umumnya bersifat teokrasi (kepemimpinan yang berpusat pada Allah). Pengangkatan pemimpin di suatu tempat dilaksanakan sejauh diperkenankan oleh Allah. Bila raja yang memerintah tidak setia, maka Allah akan menolaknya. Oleh karena itu Kejatuhan Yehuda adalah bentuk penghukuman Tuhan dan ini dinilai sebagai akibat dosa para pemimpin yang tidak setia dan meyembah ilah lain.

Ada dua point dari penyampaian Yeremia:

 

a.       Yang pertama, selalu ada harapan bahwa untuk bertobat dan terhindar dari hukuman. Pada saat itu, keadilan dan kebenaran yang merupakan kehendak Tuhan telah diinjak-injak. Para penguasa melakukan pemerasan, merampas hak orang miskin, menindas orang asing, anak yatim, dan janda. Bahkan pengadilan menghukum dan membinasakan orang yang tidak bersalah. Para pemimpin juga hanya mengejar keuntungan dan melupakan tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.  Pesan ini berupa kritik sosial yang sangat keras dari Yeremia, sampai-sampai istilah dipakai istilah pemeras, penindas dan menumpahkan darah. Itulah perilaku, sikap dan tindakan dari pihak istana kepada rakyat. Itu semua istilah yang menggambarkan kekerasan dan ketidak adilan. Situasi yang sudah pada titik rawan, bahwa penghuni istina bukan lagi pelindung masyarakat tetapi pelaku-pelaku kekerasan, penindasan dan pemerasan. Situasi ini harus dihentikan dan raja harus melakukan reformasi dengan segera dengan melakukan keadilan, kebenaran, menghentikan pemerasan, membela hak yatim, janda dan orang kecil. Hanya itu satu-satunya jalan keluar dari situasi ini, jika tidak istana di Yerusalem akan menjadi reruntuhan dan tinggal puing belaka. Itulah sebabnya Yeremia mengatakan: Yeremia 22:5 (TB) Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan. (But if ye will not hear these words, I swear by myself, saith the LORD, that this house shall become a desolation.) Semua ini jahat dalam pertimbangan Tuhan, karenanya Ia akan menyerahkan umat-Nya kepada para musuh mereka. Bangsa itu, khususnya para pemimpin mereka, akan hidup menderita dan terbuang dari Tanah Perjanjian. Hukuman yang tak dapat dihindari kecuali dengan pertobatan para pemimpin dan seluruh umat.

 

b.      Hal kedua, Yeremia mengingatkan hal berhala, nampakanya krisis yang terjadi pula merembes spiritualitas umat, yakni: praktek keagamaan. Mereka meninggalkan Allah dan pergi ke baal atau ilah lain. Ini suatu bahaya besar di tengah-tengah umat Israel. Meninggalkan Allah sama artinya dengan membawa malapetaka bagi umat. Yeremia 22:9 (TB) Orang akan menjawab: Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya." (Then they shall answer, Because they have forsaken the covenant of the LORD their God, and worshipped other gods, and served them.). Disini tentu kebutuhan mendasar adalah kesetiaan, setia kepada Allah dalam menghadapi kesulitan. Ketidak setiaan dan berbalikmkepada Allah adalah sumber malapetakan yang membuat Yerusalem jatuh di tangan Babel. Kita bisa menarik kesimpulan bahwa jika seorang pemimpin telah menjadi pelaku ketidakadilan, hal itu adalah petunjuk yang kuat bahwa dia telah menduakan Allah. Dia tetap beribadah di gereja dan memuji Kristus, tetapi dia juga giat melayani kuasa, uang atau berhala yang lain. Seorang pemimpin yang takut akan Tuhan pasti akan taat melakukan perintah-perintah Tuhan, dan buahnya ialah ketulusan, kebenaran, keadilan, dan kesetaraan, penuh kasih. Tetapi jika buah yang timbul ialah ketidakadilan, bukan kebenaran, yang berkuasa bertindak sewenang-wenang, kita tahu bahwa itu bukanlah perintah Tuhan.

 

 

 

 

Peringatan yang diberikan Allah menunjukkan keadilan dan kemurahan Allah, yang mau memberi kesempatan kepada setiap umat. Bagi Yeremia, tidak mudah untuk menyampaikan ganjaran Tuhan bagi raja dan bangsanya. Tetapi, bagaimana pun juga ia harus mengatakannya. Tentu, bukan untuk memojokkan raja dan bangsanya melainkan supaya mereka bertobat. Situasi berat yang mereka alami diharapkan menjadi kesempatan introspeksi diri. Ia konsisten dengan tugasnya melayani Allah dan tidak pernah mau diajak berkompromi, terutama terhadap kejahatan. Akibatnya? ia kerap dimusuhi oleh penguasa dan bahkan teman-teman sepelayanan (para imam dan pemimpin agama) karena menyampaikan kebenaran.

 

Melalui Nabi Yeremia, memberikan peringatan kepada keluarga raja Yehuda supaya menegakkan keadilan dalam pemerintahannya. Peringatan itu dipertegas Yeremia dengan mengatakan bahwa raja harus memimpin dengan keadilan dan kebenaran, memberikan hak orang yang dirampas, dan berpihak kepada yang lemah. Raja harus melakukan hal itu dengan sungguh-sungguh. Seorang raja dinilai bukan saja dari kemampuannya memerintah, tetapi juga ketaatannya pada otoritas yang lebih tinggi darinya, yaitu Tuhan. Sikap taat lahir dari kerendahan hati. Seorang pemimpin yang rendah hati menyadari bahwa kedudukannya, bukan semata-mata karena kepandaian dan kehebatannya, melainkan anugerah Tuhan. Pemimpin yang memiliki kesadaran akan hal itu tentu menunjukkan sikap bertanggung jawab.

 

Sikap bersungguh-sungguh sangat penting dimiliki setiap orang, jikalau ingin berhasil. Begitu pula dalam melakukan kehendak Tuhan, harus bersungguh-sungguh. Tanpa kesungguhan akan terasa sangat sulit.

Tuhan tidak menyukai kelaliman dan kesewanang-wenangan yang adalah buah dari pengingkaran akan janji dan tanggung jawab kita pada Tuhan untuk hidup dalam kebenaran-Nya. Sikap Yeremia yang selalu teguh pada firman dan kebenaran Allah,berani menyuarakan kebenaran firman Allah dan siap menghadapi semua resiko, perlu kita teladani. Kehendak Allah dan kebenaran-Nya adalah yang utama dan harus terus diperjuangkan.

 

Tanda bahwa seorang memiliki kemauan kuat adalah kesungguhannya dalam melakukan tanggung jawabnya. Anak-anak yang akan menghadapi ujian, kita harapkan dan dorong supaya bersungguh-sungguh belajar. Begitu pula para pekerja, kita ingatkan dan dorong untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaannya. Terlebih lagi para pemimpin, kesungguhannya menjalankan kepemimpinan sangat diharapkan.

 

Ilustrasi tentang Kasih dan Keadilan Allah

 

Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang hidup damai dengan raja yang bijaksana. Kerajaannya kokoh dan rakyat hidup damai karena sang raja memerintah dengan kasih dan penuh keadilan.

Dalam kerajaan tersebut, terdapat suatu aturan yang keras di mana siapapun yang kedapatan mencuri pasti dihukum mati. Karena itu tidak seorang pun dari rakyat yang berani mengambil sesuatu yang bukan meilikinya.

Namun suatu hari terjadilah bahwa sang raja kehilangan emas yang sangat berharga. Ia sangat marah dan memerintahkan untuk menyelidiki kasus pencurian tersebut. Katanya "Siapa pun pencurinya, pasti dihukum mati! Semua pegawai kerajaan diperintahkan untuk mencari emas yang hilang tersebut. Hal itu kedengaran dan gempar di seluruh daerah kerajaan.

Setelah satu bulan berlalu, didapatilah seseorang yang telah mencuri emas tersebut. Pencuri tersebut segera dibawa ke tempat pembantaian untuk dihukum mati. Sebelum dihukum mati, raja memerintahkan untuk membuka selubung yang menyelubungi wajah pencuri tersebut.

Betapa terkejutnya raja ketika melihat pencuri tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah anaknya sendiri. Semua orang pun terkejut dan bertanya-tanya tentang apa yang akan dilakukan oleh raja bijaksana tersebut.

Apakah ia akan menghukum mati anaknya yang sangat dikasihinya atau melepaskan anaknya dari hukuman? Tapi bukankah melepaskan anaknya berarti membatalkan hukum yang berlaku dan membuat raja yang bijaksana tersebut mengingkari perkataannya. Apa yang akan dikatakan warga jika raja tersebut memutuskan untuk melepaskan anaknya? Raja tidak konsisten!

Bagaimana dengan kita yang hadir saat ini? Jika kita ada di posisi sang raja, apakah kita akan melepaskan anak kita karena kasih atau tetap bertindak atas dasar keadilan? Apa yang dilakukan sang raja yang bijaksana tadi?

 

Raja tersebut turun dari takhta kerajaannya dan melepaskan mahkota kerajaan dari kepalanya kemudian berjalan menuju tempat pembantaian dan turun menggantikan anaknya yang akan dihukum mati.

 

Dahsyat dan luar biasa! Seperti itulah Allah menyelamatkan manusia yang berdosa dalam kasih dan keadilan-Nya. Kitalah yang seharusnya digantung di kayu salib karena dosa dan pelanggaran kita. Tapi kasih Allah begitu besar sehingga Ia mengutus Yesus Kristus Tuhan kita untuk menggantikan kita di kayu salib.

 

Berbagai cara dilakukan gereja untuk memperjuangkan keadilan, sebab hukum kasih dalam Alkitab berisi tentang keadilan; dan dimana ada kasih maka disitu akan ada keadilan. Alkitab juga sangat menitik beratkan keadilan. Kita dapat menemukan tulisan keadilan sebanyak 700 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru. Oleh karena itu dirasakan wajib bagi gereja untuk memperjuangkan keadilan. Berikut ini cara gereja memperjuangkan keadilan dalam masyarakat:

 

1.       Jujur Tulus dan Benar Tanpa Memihak: Allah itu adil, dan gagasan keadilan-Nya harus diterapkan secara jujur, tulus, dan benar tanpa memihak. Gereja memusatkan perhatian pada upaya menegakkan keadilan ditengah masyarakat, dan melakukannya berlandaskan keadilan Allah yang memelihara, melindungi, serta menyelamatkan tanpa pandang bulu.

2.       Kepedulian dan Solidaritas Terhadap Sesama; Keadilan diterapkan oleh gereja dalam solidaritas terhadap orang miskin, tertindas dan terbelakang. Hukum kasih Tuhan Yesus dengan tegas menegakkan keadilan dengan menegakkan kepedulian terhadap sesama yang berkekurangan, sakit, tertindas, terpenjara, serta terasing (Mat. 25:31-46).

3.       Jalan Cinta Kasih; Usaha-usaha untuk memperjuangkan keadilan hendaknya dilandasi cinta kasih. Kabar gembira kerajaan Allah yang menjadi tujuan hidup orang kristen adalah amanat cinta kasih, penebusan manusia dalam Kristus.   Sehingga apabila amanat cintakasih tersebut tidak memperlihatkan kedayagunaannya melalui tindakan keadilan; maka ajaran cinta kasih yang gereja bagikan itu sia-sia belaka, tak akan dipercaya.

4.       Kooperatif; Pola yang tepat untuk dilakukan gerja dalam memperjuangkan keadilan adalah pola kooperatif. Dalam pola ini, gereja bersama-sama memperjuangkan keadilan dengan masyarakat yang membutuhkannya dengan melakukan langkah berikut: (1)mempelajari dengan baik persoalan hak-hak manusia, sehinggga dapat menentukan dengan benar mana yang perlu dilindungi atau ditegasi. (2) memberdayakan korban ketidakadilan, sehingga mereka menyadari situasi yang dihadapi dan kemudian sama-sama berjuang. (3) bertindak tepat, memberi kesaksian hidup dengan terlibat secara langsung, dimulai dari diri sendiri.

5.       Membela Kepentingan Kaum Tertindas, Miskin, Lemah dan Tersingkir; Dalam prinsip ajaran sosial gereja, didorong oleh panggilan profefisnya, gereja harus turut serta memperjuangkan keadilan dalam masyarakat. Yaitu dengan cara menceburkan diri dalam kancah realitas dan pergulatan hidup manusia. Membela kepentingan kaum tertindas, miskin, lemah, dan tersingkir, terutama kaum yang tidak bersuara. Cinta dan keadilan tidak dapat dipisahkan, sebab keadilan mencapai kepenuhannya dalam cinta.

 

Saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus:

Apakah kita masih akan bermasa bodoh dengan kehidupan kita? Apakah kita masih memandang rendah pengorbanan Tuhan Yesus di atas salib? Darah-Nya mengalir untuk kesembuhan kita. Ketahuilah betapa berharganya hidup setiap kita di mata-Nya sehingga Ia rela mati bagi kita. Karena itu, kita harus selalu berusaha berkenan kepada-Nya.

 

Tapi masalah manusia sejak dahulu sampai hari ini adalah mereka hanya mau memandang Allah dari segi kasih-Nya. Banyak yang sengaja hidup tidak berkenan karena tahu bahwa kasih Allah itu sungguh amat luar biasa untuk manusia. Allah adalah kasih dan berlimpah kasih sayang. Memang benar dan sangat benar. Tapi kita juga harus melihat Allah dari segi keadilan-Nya.

 

Bagaimana jika seorang hakim di dunia ini menyatakan orang yang pantas dihukum mati tidak bersalah dan dibebaskan dari hukuman. Bukan kah lebih banyak orang yang akan melihat hal tersebut sebagai pelanggaran keadilan dari pada kasih?

 

Allah memiliki kasih yang berlimpah dan tidak terbatas. Tapi jangan lupakan tentang keadilan Allah. Apakah Allah yang kudus dan adil dapat mendustai diri-Nya sendiri? Tidak! Karena itu, kita tidak boleh menjadikan kasih Allah sebagai kesempatan untuk berbuat yang tidak berkenan.

 

Ingat bahwa Allah memerintah dengan adil dan setia dalam penghukum yang ditetapkan-Nya. Kasih Allah tidak terbatas dan hidupmu berharga di mata-Nya. Karena itu syukuri dan berusaha untuk hidup berkenan dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya oleh karena keadilan-Nya. Allah itu kudus!

Jamita Epistel Minggu XXIII D.Trinitatis – 3 Nopember 2024

Manghaholongi Tuhan Debata Dohot Dongan Jolma  Mengasihi Tuhan Allah Dan Sesama Manusia  5 Musa 6: 1 – 9 / Ulangan.   a)        Huri...