“LAKUKANLAH
KEADILAN”
EV. Yeremia 22 : 1 – 9 EP.
Matus 23: 23 – 28
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Yesus Kristus
Perikop kita ini
berisi tentang peringatan perjanjian yang hendak diingatkan kembali oleh
Yeremia kepada raja Yehuda. Pada zaman nabi-nabi sistem pemerintahan umumnya
bersifat teokrasi (kepemimpinan yang berpusat pada Allah). Pengangkatan
pemimpin di suatu tempat dilaksanakan sejauh diperkenankan oleh Allah. Bila
raja yang memerintah tidak setia, maka Allah akan menolaknya. Oleh karena itu
Kejatuhan Yehuda adalah bentuk penghukuman Tuhan dan ini dinilai sebagai akibat
dosa para pemimpin yang tidak setia dan meyembah ilah lain.
Ada dua point dari
penyampaian Yeremia:
a. Yang pertama,
selalu ada harapan bahwa untuk bertobat dan terhindar dari hukuman. Pada saat
itu, keadilan dan kebenaran yang merupakan kehendak Tuhan telah diinjak-injak.
Para penguasa melakukan pemerasan, merampas hak orang miskin, menindas orang
asing, anak yatim, dan janda. Bahkan pengadilan menghukum dan membinasakan
orang yang tidak bersalah. Para pemimpin juga hanya mengejar keuntungan dan
melupakan tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Pesan ini berupa kritik sosial yang sangat
keras dari Yeremia, sampai-sampai istilah dipakai istilah pemeras, penindas dan
menumpahkan darah. Itulah perilaku, sikap dan tindakan dari pihak istana kepada
rakyat. Itu semua istilah yang menggambarkan kekerasan dan ketidak adilan.
Situasi yang sudah pada titik rawan, bahwa penghuni istina bukan lagi pelindung
masyarakat tetapi pelaku-pelaku kekerasan, penindasan dan pemerasan. Situasi
ini harus dihentikan dan raja harus melakukan reformasi dengan segera dengan
melakukan keadilan, kebenaran, menghentikan pemerasan, membela hak yatim, janda
dan orang kecil. Hanya itu satu-satunya jalan keluar dari situasi ini, jika
tidak istana di Yerusalem akan menjadi reruntuhan dan tinggal puing belaka.
Itulah sebabnya Yeremia mengatakan: Yeremia 22:5 (TB) Tetapi jika kamu tidak
mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku,
demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan. (But
if ye will not hear these words, I swear by myself, saith the LORD, that this
house shall become a desolation.) Semua ini jahat dalam pertimbangan Tuhan,
karenanya Ia akan menyerahkan umat-Nya kepada para musuh mereka. Bangsa itu,
khususnya para pemimpin mereka, akan hidup menderita dan terbuang dari Tanah
Perjanjian. Hukuman yang tak dapat dihindari kecuali dengan pertobatan para
pemimpin dan seluruh umat.
b. Hal kedua, Yeremia
mengingatkan hal berhala, nampakanya krisis yang terjadi pula merembes
spiritualitas umat, yakni: praktek keagamaan. Mereka meninggalkan Allah dan
pergi ke baal atau ilah lain. Ini suatu bahaya besar di tengah-tengah umat
Israel. Meninggalkan Allah sama artinya dengan membawa malapetaka bagi umat. Yeremia
22:9 (TB) Orang akan menjawab: Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian
TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah
kepadanya." (Then they shall answer, Because they have forsaken the
covenant of the LORD their God, and worshipped other gods, and served them.).
Disini tentu kebutuhan mendasar adalah kesetiaan, setia kepada Allah dalam
menghadapi kesulitan. Ketidak setiaan dan berbalikmkepada Allah adalah sumber
malapetakan yang membuat Yerusalem jatuh di tangan Babel. Kita bisa menarik
kesimpulan bahwa jika seorang pemimpin telah menjadi pelaku ketidakadilan, hal
itu adalah petunjuk yang kuat bahwa dia telah menduakan Allah. Dia tetap
beribadah di gereja dan memuji Kristus, tetapi dia juga giat melayani kuasa,
uang atau berhala yang lain. Seorang pemimpin yang takut akan Tuhan pasti akan
taat melakukan perintah-perintah Tuhan, dan buahnya ialah ketulusan, kebenaran,
keadilan, dan kesetaraan, penuh kasih. Tetapi jika buah yang timbul ialah
ketidakadilan, bukan kebenaran, yang berkuasa bertindak sewenang-wenang, kita
tahu bahwa itu bukanlah perintah Tuhan.
Peringatan yang
diberikan Allah menunjukkan keadilan dan kemurahan Allah, yang mau memberi
kesempatan kepada setiap umat. Bagi Yeremia, tidak mudah untuk menyampaikan
ganjaran Tuhan bagi raja dan bangsanya. Tetapi, bagaimana pun juga ia harus
mengatakannya. Tentu, bukan untuk memojokkan raja dan bangsanya melainkan
supaya mereka bertobat. Situasi berat yang mereka alami diharapkan menjadi
kesempatan introspeksi diri. Ia konsisten dengan tugasnya melayani Allah dan
tidak pernah mau diajak berkompromi, terutama terhadap kejahatan. Akibatnya? ia
kerap dimusuhi oleh penguasa dan bahkan teman-teman sepelayanan (para imam dan
pemimpin agama) karena menyampaikan kebenaran.
Melalui Nabi
Yeremia, memberikan peringatan kepada keluarga raja Yehuda supaya menegakkan
keadilan dalam pemerintahannya. Peringatan itu dipertegas Yeremia dengan
mengatakan bahwa raja harus memimpin dengan keadilan dan kebenaran, memberikan
hak orang yang dirampas, dan berpihak kepada yang lemah. Raja harus melakukan
hal itu dengan sungguh-sungguh. Seorang raja dinilai bukan saja dari
kemampuannya memerintah, tetapi juga ketaatannya pada otoritas yang lebih
tinggi darinya, yaitu Tuhan. Sikap taat lahir dari kerendahan hati. Seorang
pemimpin yang rendah hati menyadari bahwa kedudukannya, bukan semata-mata
karena kepandaian dan kehebatannya, melainkan anugerah Tuhan. Pemimpin yang
memiliki kesadaran akan hal itu tentu menunjukkan sikap bertanggung jawab.
Sikap
bersungguh-sungguh sangat penting dimiliki setiap orang, jikalau ingin
berhasil. Begitu pula dalam melakukan kehendak Tuhan, harus bersungguh-sungguh.
Tanpa kesungguhan akan terasa sangat sulit.
Tuhan tidak
menyukai kelaliman dan kesewanang-wenangan yang adalah buah dari pengingkaran
akan janji dan tanggung jawab kita pada Tuhan untuk hidup dalam kebenaran-Nya.
Sikap Yeremia yang selalu teguh pada firman dan kebenaran Allah,berani
menyuarakan kebenaran firman Allah dan siap menghadapi semua resiko, perlu kita
teladani. Kehendak Allah dan kebenaran-Nya adalah yang utama dan harus terus
diperjuangkan.
Tanda bahwa
seorang memiliki kemauan kuat adalah kesungguhannya dalam melakukan tanggung
jawabnya. Anak-anak yang akan menghadapi ujian, kita harapkan dan dorong supaya
bersungguh-sungguh belajar. Begitu pula para pekerja, kita ingatkan dan dorong
untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaannya. Terlebih lagi para
pemimpin, kesungguhannya menjalankan kepemimpinan sangat diharapkan.
Ilustrasi
tentang Kasih dan Keadilan Allah
Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang
hidup damai dengan raja yang bijaksana. Kerajaannya kokoh dan rakyat hidup
damai karena sang raja memerintah dengan kasih dan penuh keadilan.
Dalam kerajaan tersebut, terdapat suatu
aturan yang keras di mana siapapun yang kedapatan mencuri pasti dihukum mati.
Karena itu tidak seorang pun dari rakyat yang berani mengambil sesuatu yang
bukan meilikinya.
Namun suatu hari terjadilah bahwa sang raja
kehilangan emas yang sangat berharga. Ia sangat marah dan memerintahkan untuk
menyelidiki kasus pencurian tersebut. Katanya "Siapa pun pencurinya, pasti
dihukum mati! Semua pegawai kerajaan diperintahkan untuk mencari emas yang
hilang tersebut. Hal itu kedengaran dan gempar di seluruh daerah kerajaan.
Setelah satu bulan berlalu, didapatilah
seseorang yang telah mencuri emas tersebut. Pencuri tersebut segera dibawa ke
tempat pembantaian untuk dihukum mati. Sebelum dihukum mati, raja memerintahkan
untuk membuka selubung yang menyelubungi wajah pencuri tersebut.
Betapa terkejutnya raja ketika melihat
pencuri tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah anaknya sendiri. Semua orang
pun terkejut dan bertanya-tanya tentang apa yang akan dilakukan oleh raja
bijaksana tersebut.
Apakah ia akan menghukum mati anaknya yang
sangat dikasihinya atau melepaskan anaknya dari hukuman? Tapi bukankah
melepaskan anaknya berarti membatalkan hukum yang berlaku dan membuat raja yang
bijaksana tersebut mengingkari perkataannya. Apa yang akan dikatakan warga jika
raja tersebut memutuskan untuk melepaskan anaknya? Raja tidak konsisten!
Bagaimana dengan kita yang hadir saat ini?
Jika kita ada di posisi sang raja, apakah kita akan melepaskan anak kita karena
kasih atau tetap bertindak atas dasar keadilan? Apa yang dilakukan sang raja
yang bijaksana tadi?
Raja tersebut turun dari takhta kerajaannya
dan melepaskan mahkota kerajaan dari kepalanya kemudian berjalan menuju tempat
pembantaian dan turun menggantikan anaknya yang akan dihukum mati.
Dahsyat dan luar
biasa! Seperti itulah Allah menyelamatkan manusia yang berdosa dalam kasih dan
keadilan-Nya. Kitalah yang seharusnya digantung di kayu salib karena dosa dan
pelanggaran kita. Tapi kasih Allah begitu besar sehingga Ia mengutus Yesus
Kristus Tuhan kita untuk menggantikan kita di kayu salib.
Berbagai cara
dilakukan gereja untuk memperjuangkan keadilan, sebab hukum kasih dalam Alkitab
berisi tentang keadilan; dan dimana ada kasih maka disitu akan ada keadilan.
Alkitab juga sangat menitik beratkan keadilan. Kita dapat menemukan tulisan
keadilan sebanyak 700 kali dalam Alkitab Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru.
Oleh karena itu dirasakan wajib bagi gereja untuk memperjuangkan keadilan.
Berikut ini cara gereja memperjuangkan keadilan dalam masyarakat:
1. Jujur Tulus dan
Benar Tanpa Memihak: Allah itu adil, dan gagasan keadilan-Nya harus diterapkan
secara jujur, tulus, dan benar tanpa memihak. Gereja memusatkan perhatian pada
upaya menegakkan keadilan ditengah masyarakat, dan melakukannya berlandaskan
keadilan Allah yang memelihara, melindungi, serta menyelamatkan tanpa pandang
bulu.
2. Kepedulian dan
Solidaritas Terhadap Sesama; Keadilan diterapkan oleh gereja dalam solidaritas
terhadap orang miskin, tertindas dan terbelakang. Hukum kasih Tuhan Yesus
dengan tegas menegakkan keadilan dengan menegakkan kepedulian terhadap sesama
yang berkekurangan, sakit, tertindas, terpenjara, serta terasing (Mat.
25:31-46).
3. Jalan Cinta Kasih;
Usaha-usaha untuk memperjuangkan keadilan hendaknya dilandasi cinta kasih.
Kabar gembira kerajaan Allah yang menjadi tujuan hidup orang kristen adalah
amanat cinta kasih, penebusan manusia dalam Kristus. Sehingga apabila amanat cintakasih tersebut
tidak memperlihatkan kedayagunaannya melalui tindakan keadilan; maka ajaran
cinta kasih yang gereja bagikan itu sia-sia belaka, tak akan dipercaya.
4. Kooperatif; Pola
yang tepat untuk dilakukan gerja dalam memperjuangkan keadilan adalah pola
kooperatif. Dalam pola ini, gereja bersama-sama memperjuangkan keadilan dengan
masyarakat yang membutuhkannya dengan melakukan langkah berikut: (1)mempelajari
dengan baik persoalan hak-hak manusia, sehinggga dapat menentukan dengan benar
mana yang perlu dilindungi atau ditegasi. (2) memberdayakan korban
ketidakadilan, sehingga mereka menyadari situasi yang dihadapi dan kemudian
sama-sama berjuang. (3) bertindak tepat, memberi kesaksian hidup dengan
terlibat secara langsung, dimulai dari diri sendiri.
5. Membela
Kepentingan Kaum Tertindas, Miskin, Lemah dan Tersingkir; Dalam prinsip ajaran
sosial gereja, didorong oleh panggilan profefisnya, gereja harus turut serta
memperjuangkan keadilan dalam masyarakat. Yaitu dengan cara menceburkan diri
dalam kancah realitas dan pergulatan hidup manusia. Membela kepentingan kaum
tertindas, miskin, lemah, dan tersingkir, terutama kaum yang tidak bersuara.
Cinta dan keadilan tidak dapat dipisahkan, sebab keadilan mencapai kepenuhannya
dalam cinta.
Saudara yang
terkasih dalam Yesus Kristus:
Apakah kita masih
akan bermasa bodoh dengan kehidupan kita? Apakah kita masih memandang rendah
pengorbanan Tuhan Yesus di atas salib? Darah-Nya mengalir untuk kesembuhan
kita. Ketahuilah betapa berharganya hidup setiap kita di mata-Nya sehingga Ia
rela mati bagi kita. Karena itu, kita harus selalu berusaha berkenan
kepada-Nya.
Tapi masalah
manusia sejak dahulu sampai hari ini adalah mereka hanya mau memandang Allah
dari segi kasih-Nya. Banyak yang sengaja hidup tidak berkenan karena tahu bahwa
kasih Allah itu sungguh amat luar biasa untuk manusia. Allah adalah kasih dan
berlimpah kasih sayang. Memang benar dan sangat benar. Tapi kita juga harus
melihat Allah dari segi keadilan-Nya.
Bagaimana jika
seorang hakim di dunia ini menyatakan orang yang pantas dihukum mati tidak
bersalah dan dibebaskan dari hukuman. Bukan kah lebih banyak orang yang akan
melihat hal tersebut sebagai pelanggaran keadilan dari pada kasih?
Allah memiliki
kasih yang berlimpah dan tidak terbatas. Tapi jangan lupakan tentang keadilan
Allah. Apakah Allah yang kudus dan adil dapat mendustai diri-Nya sendiri?
Tidak! Karena itu, kita tidak boleh menjadikan kasih Allah sebagai kesempatan
untuk berbuat yang tidak berkenan.
Ingat bahwa Allah
memerintah dengan adil dan setia dalam penghukum yang ditetapkan-Nya. Kasih
Allah tidak terbatas dan hidupmu berharga di mata-Nya. Karena itu syukuri dan
berusaha untuk hidup berkenan dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya oleh
karena keadilan-Nya. Allah itu kudus!